Berbinar karena Pasir




Assalammualaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Sejak bisa jalan, Ifa sudah sangat suka bermain pasir. Kalau sudah ketemu pasir, ia bisa asyik duduk berjam-jam di depan rumah, asyik mainan pasir. Diletakkannya di wadah-wadah mainan, lalu dituang lagi. Kadang pasir dianggapnya sebagai adonan roti, kadang dianggapnya sebagai bubur, dan berbagai hal lainnya.

Dulu belum ada pasir kinetic seperti saat ini. Bahkan meski akhirnya sudah kami belikan pasir kinetic sekalipun, ia tetap lebih nyaman bermain pasir yang biasa ada di jalan atau di depan rumah tetangga yang sedang renovasi rumah. Aku sendiri tidak pernah melarangnya main pasir, asal setelahnya ia harus cuci kaki dan tangan, kalau perlu mandi biar pasir yang menempel di tubuhnya luruh terkena air.

Anakku nggak suka belajar. Masa sih, parents? Sukanya naik-naik tangga, manjat sepedanya si kakak, lari-lari.. kalau disuruh duduk diam nggak bisa. Lah naik-naik tangga, manjat sepeda, lari-lari kan artinya dia sedang mengembangkan motorik kasarnya. Usia dan sifat anak pun mempengaruhi gaya belajar mereka. Ada anak yang memang belajarnya kudu duduk diam dalam ketenangan, ada yang kudu mendengarkan baru paham, ada yang suka belajar lewat bacaan, ada pula yang belajarnya harus langsung praktek. Janganlah membandingkan anak-anak Kita dengan orang lain. Karena tiap anak itu unik. Setiap anak punya sifat khas dan keunggulan masing-masing. Dan pastinya setiap anak adalah pembelajar. Yakin saja parents, Allah sudah menanamkan fitrah pembelajar di tiap diri anak-anak Kita. Yang Kita perlu lakukan hanyalah menggali cara dan Gaya belajarnya hingga mampu memaksimalkan potensi mereka. Dan inilah hobi mbak Ifa... 😍😍😍 #setiapanakunik #anakpembelajar #ibuprofesional
A post shared by Marita Ningtyas (@maritaningtyas) on


Toh bermain pasir lebih banyak manfaatnya daripada mudharatnya. Bermain pasir bisa membantu anak memaksimalkan sensorinya, buat anak seusia Affan bermain pasir juga bisa memperkuat fisiknya, mengangkat ember dan serok untuk mengambil pasir, lalu membawanya berpindah ke tempat lain. Bermain pasir juga melatih kognitif anak-anak,  mereka akan berimajinasi untuk membentuk pasir dan memperlakukan pasir sesuai imajinasi mereka. Selain itu ternyata bermain pasir juga bagus untuk meningkatkan sosial emosinya. Selain bisa melatih bersosialisasi ketika bermain pasir bersama teman, pasir juga bisa meredakan emosi anak yang sedang buruk menjadi lebih baik.

Jadi apa yang perlu aku khawatirkan dari bermain pasir? Melihat Ifa yang sangat senang bermain pasir, aku malah berencana ingin membuat pojok pasir untuknya. Jadi kami tak takut  pasir mengotori ruangan lain. Hanya boleh bermain pasir di area tersebut. Tak lupa aku juga membiasakan Ifa untuk bertanggungjawab setelah main. Harus menyapu pasir-pasir yang berceceran dan mengembalikan alat-alat main ke tempatnya.

Wassalammualaikum warohmatullahi wabarokatuh.

#semuaanakadalahbintang

#institutibuprofesional

#kelasbundasayang



Marita Ningtyas
Marita Ningtyas A wife, a mom of two, a blogger and writerpreneur, also a parenting enthusiast. Menulis bukan hanya passion, namun juga merupakan kebutuhan dan keinginan untuk berbagi manfaat. Tinggal di kota Lunpia, namun jarang-jarang makan Lunpia.

No comments for "Berbinar karena Pasir"