Mengajarkan Adab Menuntut Ilmu pada Anak Kinestetik
Assalammualaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
Mbak Ifa ini
tipe anak yang nggak bisa dipaksa belajar. Kalau maunya belajar A ya A, nggak
mau diarahkan untuk mau belajar B. Semua harus ikut keinginannya, kalau nggak sesuai
keinginannya nanti dia akan asal-asalan belajarnya. Buatku, ini PR dalam
catatan pengasuhanku. Salah satu adab dalam menuntut ilmu adalah menghormati
guru, ketika kita asal-asalan dalam belajar maka itu artinya kita nggak
menghormati guru.
Memang sih
sejauh ini guru-guru mbak Ifa sangat memahami karakternya yang moody. Namun
buatku karakternya tidak bisa jadi alasan membenarkan kemauannya untuk belajar
asal-asalan. Mbak Ifa harus paham bahwa semua ada aturan dan waktunya. Saatnya
main ya main, saatnya belajar ya mainannya dimasukkan dulu. Mungkin ketika aku
menulis seperti ini, akan ada yang menceletuk, main sambil belajar kan bisa.
Aku setuju bahwa ketika anak bermain adalah salah satu proses belajar. Namun
ada sebuah titik di mana anak juga harus paham bahwa ada waktu-waktu tertentu
dia harus serius mengikuti proses belajar yang berbeda dengan apa yang dia
inginkan.
Ada kalanya
dia harus merasa bosan dan menikmati kebosanan itu. Karena bisa jadi di
sela-sela kebosanan itu, dia menemukan sesuatu yang menginspirasi. Dalam hidup
kan kita nggak bisa selalu mendapat apa yang kita mau dan apa yang kita senangi
saja. Ada kalanya kita juga harus merasakan pahitnya kehidupan. Begitu juga
saat belajar, tidak selalu harus menyenangkan.
Aku mulai
membiasakan ini di rumah. Kalau biasanya sedang qiroaty, dia kubiarkan duduk
berdiri, duduk berdiri lalu selesai baca satu baris berhenti dulu diselingi
aktivitas lain. Aku mulai mengarahkannya selesaikan dulu semuanya, baru boleh
melakukan aktivitas lain. Alhamdulillah sedikit demi sedikit, mbak Ifa mulai
paham aturan dan urutan. Mau main B, yang A harus selesai dan dirapikan dulu. Mau
main C, ya yang B harus selesai dan dirapikan dulu.
Soal hafalan
pun begitu. Saat murojaah dia harus selesaikan dulu dengan duduk sopan. Setelah
murojaah selesai, baru boleh melakukan permainan yang dia mau. Namun untuk
memperkuat hafalannya, saat aktivitas apa saja aku mulai membiasakan mbak Ifa
untuk menggumamkan hafalannya. Karena sambil bermain, mulutnya pasti juga nggak
bisa diam, daripada dipakai nyanyi lagu Sayang-nya Via Vallen, mending
dibiasain menggumamkan hafalan saja deh, hehe. Sembari membiasakan diri untuk
mengurangi musik yang tidak berfaedah di rumah.
Alhamdulilllah,
takjub melihat mbak Ifa yang mulai suka membuka al Quran lalu sok-sokan membacanya.
Ternyata hafalannya sudah lebih keren dari bundanya. Jadi malu. Saat di motor,
atau di saat belanja mbak Ifa mulai nyanyi lagu nggak jelas, aku mulai menggantinya
dengan “bismillahirrohmanirrohim, al Qoriah…”, otomatis mbak Ifa melanjutkan
ayat-ayat berikutnya, lupa deh nyanyi nggak jelasnya.
Semoga bisa
terus membersamai gadis kecilku ini belajar. Satu yang aku yakini bahwa tidak
selamanya anak kinestetik harus selalu diumbar keaktifannya. Bahwa ada
saat-saat tertentu dia juga harus mematuhi adab di dalam kelas. Hanya yang aku
tahu ada saja anggota tubuh yang memang tidak bisa diam, meski sudah duduk
dengan cukup tenang menghadap guru. Karena aku pun demikian, saat belajar atau
memikirkan sesuatu, pasti ada saja anggota tubuh yang bergerak. Entah kaki yang
bergoyang, atau tangan yang memainkan bolpoin atau mengetuk meja.
Wassalammualaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
#harikelima
#Tantangan10hari
#GameLevel4
#GayaBelajarAnak
#kuliahBunSayIIP
No comments for "Mengajarkan Adab Menuntut Ilmu pada Anak Kinestetik"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Jangan lupa tinggalkan komentar, tapi mohon tidak menyisipkan link hidup.
Salam Peradaban,
Bunda Marita