Chocolate Cupcake Mengajarkan Proses dan Rasa Syukur
Assalammualaikum warohmatullahi
wabarokatuh.
Mumpung laptop udah bener dan
Affan belum bangun, langsung geber ke hari ketujuh deh. Salah satu agenda di
Fun Holiday Project adalah cooking project. Berhubung salah satu cita-cita mbak
Ifa adalah menjadi chef dan punya toko kue, maka aku menyarankan materi untuk
cooking project kami adalah membuat cupcake kukus. Kenapa kukus? Biar lebih
sehat, hehe. Padahal alasan sebenarnya karena bundanya nggak suka baking. Alat
baking-nya pun sudah dihibahkan ke orang lain.
Di antara semua aktivitas di proyek
keluarga, acara masak-memasak ini yang paling ditunggu mbak Ifa. Setiap hari
pasti tanya kapan sih masaknya bun. Sementara buat aku, pengennya mbak Ifa lupa
ma jadwal ini, wkwk. Bener-bener tantangan deh membersamai anak urusan perkuean,
karena dasarnya nggak passion di sini.
Akhirnya setelah mundur dua hari
dari jadwalnya, aku akhirnya siap juga ngajakin mbak Ifa bertempur di dapur.
Sebelumnya aku sudah mencari resep yang mudah dan nggak perlu mixer, pokoknya
yang nggak ribet deh. Aku mengajak mbak Ifa untuk melihat resep dan mencari apa
ada yang perlu dibeli. Alhamdulillah semua bahan sudah ada, cuma kertas roti
saja yang belum punya. Jadilah sebelumnya kami membeli terlebih dulu.
Kami sudah menyepakati akan
memasak setelah magrib. Berikut ini bahan-bahan yang dibutuhkan sesuai resep
yang aku dapat dari cookpad, namun ada beberapa yang aku ubah sesuai barang
yang ada di rumah.
·
100 gram terigu --- aku naikkan jadi 125 gram
·
75 gram gula pasir
·
5 gram cokelat bubuk – aku ganti dengan milo dua
sachet
·
5 gram cokelat bubuk hitam --- aku ganti coklat
yang dilelehkan
·
10 gram susu bubuk --- aku skip, nggak pakai ini
·
1 butir telur ayam
·
1/4 sdt soda kue bubuk
·
1/8 sdt garam
·
75 gram minyak
·
100 gram susu cair/UHT
Hal pertama yang dipelajari mbak
Ifa tentu saja nama bahan-bahan yang dibutuhkan dan ukuran yang pas biar kuenya
bisa berhasil. Setelah itu, hal kedua adalah menjalani proses demi proses
pembuatannya. Dari yang hati-hati mecah telur, nuangin gula, nuangin terigu dan
mengaduk sampai tercampur semua.
Ifa sangat fun sih, malah bundanya
yang belum bisa nahan diri untuk nggak cerewet, “haduh,
tumpah, hati-hati dong nuangnya” dan
sebagainya. Alhamdulillah tahapan demi tahapan telah dilalui, mbak Ifa hanya
merasa kesusahan ketika adonan semakin berat diuleni.
\
Momen paling bikin excited ketika
memasukkan adonan ke kertas roti. Di sini kami belajar bahwa mengisi adonannya
nggak perlu sampai penuh, karena nanti pasti mengembang. Kalau kepenuhan jadi
luber ke mana-mana deh. Selain itu kami juga jadi belajar kalau mau kasih
topping, diletakkannya setelah kuenya jadi biar nggak ikut meleleh, wkwk.
Bundanya payah deh ah soal beginian lupa.
sebelum dikukus cantik ya? |
Taraaa.. jadi juga lo proyek memasak cupcake kukus pertama kami. Yaa, meski penampakan jadinya nggak secantik sebelum dikukus, tapi rasanya Alhamdulillah masih enak dinikmati kok. Waktu aku pamerin ke ayahnya, si ayah underestimate dengan bentuknya. Namun setelah nyobain, “eh, enak ternyata.”
setelah dikukus, kaya monster kata Ifa.. hehe |
Beberapa hari kemudian, mbak Ifa
ngajak bikin kue lagi. Aku iyain karena penasaran pengen bikin yang lebih enak
dan penampakannya nggak malu-maluin. Kali ini milo dua sachet aku ganti dengan chocolatos
dua sachet, dan telurnya jadi dua butir. Untuk toppingnya kami nggak pakai cha
cha lagi, tapi pakai pisang yang diiris tipis-tipis.
Proyek Memasak Kedua |
Belajar dari pengalaman pertama,
kami mengisi adonan di kertas roti hanya setengahnya saja, jadi nggak luber ke
luar. Hasilnya? Alhamdulillah, lebih cantik dan lebih endesss. Terbukti nggak
ada beberapa jam udah tandas, padahal hasil jadinya lebih banyak lo. Kayanya
resep cupcake coklat kukus ini bakal jadi resep andalan keluarga nih.
Dari cooking project ini, aku dan
mbak Ifa belajar untuk menghargai proses. Untuk mendapat hasil yang baik, kami
mau nggak mau harus ikhlas menjalani prosesnya, dan harus memberikan usaha yang
terbaik dan semaksimal mungkin. Mbak Ifa juga jadi tahu kalau untuk
menghasilkan sebuah kue atau masakan, ternyata butuh proses yang nggak
sebentar, jadi nggak boleh buang-buang makanan. Mbak Ifa belajar pula arti
bersyukur karena nggak semua anak punya kesempatan yang sama seperti mbak Ifa;
bisa masak bareng sama bundanya, bisa makan kue. Semoga saja hal ini menancap
di hatinya hingga dewasa dan bermanfaat untuk kehidupannya di masa yang akan datang.
Aamiin.
Wassalammualaikum warohmatullahi wabarokatuh.
#tantangan_hari_ketujuh
#game_level_3
#kelasbunsayIIP3
#kita_bisa
#melejitkankecerdasan
#kita_bisa
#melejitkankecerdasan
#bundasayang
#familyproject
Wah, senangnya ya mbak ifa bisa menjalani passionnya. Ibunya juga pinter ih improvisasi resep. Sip deh��
ReplyDelete