Belajar Berbagi dan Mengolah Emosi Kepada Adik
Assalammualaikum warohmatullahi wabarokatuh,
Langsung geber setoran aah, rapelan hari keenam yaaa. Mbak Ifa itu
sosok yang penyayang, baik itu sama adik atau orangtuanya. Dia juga ekspresif
menyatakan kasih sayangnya, entah itu dengan ucapan, ataupun pelukan dan
ciuman.
Kepada adiknya, ia sudah memperlihatkan kasih sayangnya sejak adiknya
masih di dalam perut. Malah dibanding aku, kayanya mbak Ifa jauh lebih sering
ngobrol sama adiknya. Apa saja diobrolin ke adiknya. Perutku diciumin. Dia juga
sangat excited saat diajak kontrol ke dokter, karena artinya dia bisa lihat
adiknya lewat layar monitor USG. Apalagi saat sudah kelihatan bentuk tubuhnya.
Namun ternyata ketika adiknya lahir, muncul juga nih cemburunya sama si
adik. Kalau ada tamu yang mau lihat adiknya, mbak Ifa selalu caper.
Alhamdulillah nggak parah-parah banget sih, aku anggapnya masih wajar kalau dia
cemburu, kan sebelumnya selama lima tahun dia jadi the only one, the centre of
attention. Kini orangtuanya kudu berbagi perhatian, wajar kalau ada beberapa
drama. Aku yang harus belajar mengelola kecemburuan itu dan memperlihatkan
bahwa aku bisa adil mencintai keduanya.
Sekarang adik Affan udah hampir 14 bulan. Mungkin karena sejak di perut
sudah sering diajak komunikasi sama si kakak, jadilah Affan ini ekspresif
sekali sama si kakak. Mbaknya main ke luar aja ditangisin. Kalau ada di kamar,
diulet-ulet sampai mbaknya teriak-teriak. Nah, masalahnya mbak Ifa mulai merasa
butuh privacy. Nggak selalu mau main sama adiknya, wajar juga sih buat aku. Aku
pun dulu mengalami hal itu waktu kecil, nggak begitu nyaman kalau adikku
ngintilin aku terus.
Itu kenapa salah satu poin di Papan Bintang yang aku buat untuk mbak
Ifa yaitu “bermain bersama Affan.” Bermain bersama adik yang baru belajar jalan
dan bicara jelas butuh kesabaran yang tinggi. Si adik juga kan masih suka asal
nyerobot, kakaknya lagi nyusun puzzle diberantakin, baca buku direbut. Kalau
moodnya lagi baik, mbak Ifa palingan gemes “iih, Affan ki lo, wong mbak Ifa
lagi main kok digangguin.” Tapi kalau lagi malas diganggu, bisa keluar tuh
tanduknya, adiknya nggak cuma diteriakin tapi juga didorong-dorong. Adiknya
bukannya menjauh malah tambah aktif mendekati, dikira mbaknya ngajak main kali
ya. Ntar saking nggak sabarnya, si adik suka dicubit sampai nangis.
Kalau udah begini gentian si bunda yang harus bisa menjaga kewarasan.
PR juga buat aku. Awalnya kadang masih manis ngomongnya, “kalau mbak Ifa nggak
mau diganggu adik, mainnya di dalam kamar, tutup pintunya.” Seringnya sih nggak
mau, karena dia takut di kamar sendirian, hehe. Atau biasanya pilihan yang aku
berikan, silakan main di luar. Namun toh nggak selamanya mulus, karena bisa
saja kejadian di jam yang nggak memungkinkan Ifa main di luar. Affan sendiri
tipe yang berkemauan kuat, misal aku coba alihkan ajak main yang lain, tetap
saja kalau lebih tertarik mainannya si mbak, balik lagi pengen main sama si
mbak.
Alhamdulillah, sejak memasukkan poin “bermain bersama Affan” di papan
bintang, mbak Ifa mulai mau diajak kerja sama. Dia juga mulai belajar bahwa adiknya masih kecil, banyak sel di otaknya yang belum bersambungan jadi masih suka nyerobot dan seenaknya sendiri. Mbak Ifa bisa membantu sel otak adik jadi bersambungan dengan lebih sabar menemani bermain dan banyak ngajak cerita. Ya meski masih di tahap agar
berusaha dapat bintang, namun semoga ke depannya jadi sebuah kebiasaan yang
baik untuk dia dalam berbagi dan mengolah emosi kepada adik.
Buatku, untuk anak usia 6 tahun, Ifa udah cukup keren kok jadi seorang
kakak. Meski masih banyak angot-angotannya, dia sudah bisa momong adiknya saat
bundanya harus mandi, masak atau ada keperluan lain. Lucunya justru
inisiatif momong atau ngajak main itu
justru muncul sendiri dengan baik kalau aku nggak terlalu banyak memberikan
instruksi. Memang fitrahnya sesama saudara kan saling menyayangi dan melindungi
ya. Semoga kelak mereka terus kompak hingga dewasa. Aamiin.
Wassalammualaikum warohmatullahi wabarokatuh.
#tantangan_hari_keenam
#game_level_3
#kelasbunsayIIP3
#kita_bisa
#melejitkankecerdasan
#kita_bisa
#melejitkankecerdasan
#bundasayang
#familyproject
No comments for "Belajar Berbagi dan Mengolah Emosi Kepada Adik"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Jangan lupa tinggalkan komentar, tapi mohon tidak menyisipkan link hidup.
Salam Peradaban,
Bunda Marita