Belajar Berani Berbeda
Assalammualaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
Ternyata
memang mencapai badge outstanding performance itu susah ya, akhirnya lagi-lagi aku
harus rela untuk melepas kesempatan meraih OP. Di depan laptop sih setiap hari,
cerita soal anak juga pasti selalu ada, tapi tangan dan otak ternyata tidak
bisa multitasking, hehe.
Setelah libur
setoran selama tiga hari, aku mau lanjut lagi dengan setoran hari ke Sembilan,
masih tentang Gaya Belajar Anak. Masih ingat kan di postingan sebelumnya aku
cerita bagaimana persiapanku dan mbak Ifa membuat kostum kupu-kupu? Nah,
akhirnya tiba juga waktunya tampil muhadhoroh.
Hari Jum’at,
9 Februari 2018, Ifa sudah sangat excited untuk memakai kostum yang kami
persiapkan sejak hari Rabu. Dia sudah sangat percaya diri dengan kostum yang
dibuat bersama ayah bundanya. Dia sudah nggak sabar ingin memperlihatkan kostum
tersebut kepada ibu guru dan teman-temannya. Bahkan kami sudah memilih baju
yang matching dengan kostum tersebut; tunik polkadot dengan gambar bunga di depan
berwarna pink dipadu dengan legging bergambar lebah. Ceritanya kupu-kupu sedang
hinggap di kuntum-kuntum bunga dengan lebah di sekelilingnya. Namun sampai di
kelas, dia melongo. Sejujurnya aku pun melongo, hehe.
kostum mbak Ifa paling kece |
Aku kaget waktu
melihat semua murid perempuan di kelas mbak Ifa yang kebagian memakai kostum
kupu-kupu semua mengenakan kostum yang seragam. Tidak ada satu pun yang membuat
sendiri. Semuanya membeli jadi kostum kupu-kupu yang memang banyak dijual di
pasaran, komplit dengan bando dan tongkatnya. Saat itu aku langsung merutuki
diri sendiri, coba HP nggak error dan diservis, pasti aku nggak ketinggalan informasi
dan mbak Ifa nggak jadi aneh sendiri begini.
Ya, terlihat
sekali mbak Ifa langsung down karena kostumnya berbeda sendiri. Dia yang
tadinya percaya diri mendadak kehilangan semangat untuk tampil. Dia jadi nggak
mau bergabung dengan teman-temannya, nggak mau difoto, dan jadi nempel
denganku. Aku yang sebenarnya juga merasa kecewa pun malah memberikan respon
negatif pada perilaku mbak Ifa.
Mbak Ifa jadi
sempat tersedu dan menitikkan beberapa bulir air mata karena kecewa bundanya
nggak paham apa yang dirasakannya. Hiks, maafkan bunda ya nak. Setelah aku
mampu mengontrol apa yang berkecamuk di hati. Aku segera memeluk mbak Ifa dan
berbisik kepadanya, “kostum mbak Ifa yang paling keren lo. Lihat, semuanya
sama, cuma beda warna saja. Tapi punya mbak Ifa berbeda. Udah gitu kan ini spesial,
yang bikin ayah bunda sendiri dibantu mbak Ifa. Punya teman-teman semuanya beli
jadi. Mbak Ifa semangat ya. Bunda bangga sama mbak Ifa karena berani tampil berbeda.”
akhirnya sudah mau bergabung dengan teman-temannya |
Setelah
diberi suntikan semangat, mbak Ifa pun akhirnya mau mulai bergabung dengan
teman-temannya dan memamerkan kostumnya. Ia pun mau difoto dan memamerkan
senyum terbaiknya. Saat akhirnya tampil di panggung, mata mbak Ifa nggak mau
lepas dari pandanganku. Seakan-akan meminta dukungan agar ia tetap percaya diri
untuk tampil berbeda. Beberapa kali kuacungkan jempol ke arahnya disambut
senyuman yang dilemparkan dari atas panggung. Alhamdulillah pentas hari itu
berjalan sangat lancar. Tasmi’ Al Qoriah bersama-sama dengan teman sekelas
dilanjut dengan gerak dan lagu bertema serangga ditampilkan dengan apik hari
itu.
Sayangnya aku
nggak punya rekamannya saat mbak Ifa tampil karena HP ku sedang diservis.
Foto-foto hari itu pun aku dapat dari share para wali murid lainnya di grup WA
kelasnya mbak Ifa.
Aku jadi
ingat bagaimana dulu pertama kali pentas muhadhoroh di kelas TK A, mbak Ifa
nggak mau ikut tampil di atas panggung. Pentas yang kedua sudah mau tampil
dengan syarat aku nggak boleh datang menonton. Lalu pentas yang ketiga hingga
sekarang mbak Ifa sudah mau tampil. Sebuah kemajuan yang luar biasa. Mungkin
dibanding teman-temannya ia tidak begitu menonjol. Tapi aku tak terlalu
khawatir, aku ingat bagaimana dulu saat seumuran mbak Ifa,, aku pun salah satu
murid yang paling jarang ikut lomba dan tampil. Namun semakin bertambah
pengalaman, semakin terasah pula kepercayaan diriku, aku pun semakin mengenal
di mana potensiku. Jadi aku tak perlu khawatir, aku yakin kelak mbak Ifa pun
akan menemukan klik di satu bidang dan dia akan jadi expert di sana. Aamiin.
Terus belajar ya, nak.
Yang paling
mengharukan di hari itu ketika di perjalanan pulang ke rumah, mbak Ifa berkata,
“terima kasih ya bunda sudah membuatkan kostum spesial. Teman-temanku nggak ada
yang dibikinin ayah bundanya. Kalau bunda kan bikini aku kostum, soalnya bunda
sayang sih sama aku.” Aaah, leganya. Gurat kecewa yang sempat nampak di pagi
hari telah berganti dengan senyum dan percaya diri yang mengembang.
berfoto sebelum pentas bersama Ibu Guru dan teman-temannya |
Lalu aku
teringat obrolanku dengan ibu gurunya mbak Ifa, “solusi paling mudah memang
beli jadi kostumnya sih bu, tapi anak-anak pasti akan lebih berkesan kalau
mempersiapkan sendiri kostumnya dengan orangtuanya.” Ya, memang benar adanya. Kostum
kupu-kupu mbak Ifa memang sederhana dan berbeda, namun di dalamnya banyak
proses pembelajaran, tidak hanya untuk mbak Ifa, namun juga untukku.
Wassalammualaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
#harikesembilan
#Tantangan10hari
#GameLevel4
#GayaBelajarAnak
#kuliahBunSayIIP
No comments for "Belajar Berani Berbeda"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Jangan lupa tinggalkan komentar, tapi mohon tidak menyisipkan link hidup.
Salam Peradaban,
Bunda Marita