Mbak Ifa yang Nggak Punya Lelah
Assalammualaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
Tak terasa
sudah masuk hari keenam dalam tantangan 10 hari. Ada salah satu ciri khas dari
anak kinestetik yang kadang membuat aku kewalahan; nggak kenal kata lelah.
Meski di sekolah sudah full aktivitas, di rumah pun masih saja nggak bisa diam
mencari apa saja yang bisa dilakukan. Alhamdulillah, tandanya anak sehat ya.
Nah, aku agak
memutar otak ketika mbak Ifa harus kena konsekuensi karena bangun kesiangan
sehingga jam 7 pagi belum siap sama sekali untuk pergi sekolah. Kalau situasinya seperti itu, konsekuensi yang
harus mbak Ifa dapatkan yaitu tidak boleh keluar rumah sama sekali alias nggak
boleh main. Boleh ngapain aja tapi hanya di dalam rumah.
Seharusnya
sih konsekuensinya hanya boleh stay di dalam kamar dengan membawa maks tiga
buah buku, sayangnya kamar di rumah kami pintunya rusak semua dan belum
diperbaiki. Jadi sama saja tetap bisa keluar kamar, hehe. Lagipula karena mbak
Ifa masih di bawah 7 tahun, konsekuensinya masih sedikit longgar. Yang penting
bikin mbak Ifa bosan aja sih, jadi nggak mengulang untuk santai-santai di pagi
hari dan bisa bergegas ke sekolah di waktu yang sudah dijadwalkan.
main sama Affan |
Hari Selasa,
6 Februari 2018, mbak Ifa lagi-lagi bangun kesiangan sehingga jam 7 pagi belum
siap sama sekali, dapat kartu kuning deh dari bunda. Awalnya sih dia
berkomentar, “nggak apa-apa deh nggak sekolah, enak kok di rumah bisa main sama
Affan.” Ketika siang mulai beranjak, dia mulai melihat beberapa teman berdatangan
dari sekolahnya masing-masing dan bermain bersama, aku mulai menangkap
kegelisahan dari gesturnya. Namun mbak Ifa masih menutupinya dengan berujar, “nggak
apa-apa kok main di rumah sama Affan, lebih enak daripada main di luar, capek.”
Aku geli
melihatnya, karena apa yang diucapkan bertentangan dengan gesture dan raut
mukanya. Mbak Ifa mulai mencari-cari aktivitas. Dari yang ijin membuat susu
sendiri, lalu setelah selesai minum susu gelas dan sendoknya dicuci sendiri,
sampai main lempar-lemparan buku dengan Affan. Qodarullah hari itu aku sedang
mengerjakan beberapa tulisan dan belum selesai kerja. Awalnya sih mbak Ifa
enjoy main dengan Affan, namun kelamaan protes, “iih bunda nih main laptop
melulu, nggak menemani anaknya main kok. Jadi bosan deh.”
Bertepatan
dengan protesnya mbak Ifa, aku mengklik tombol shut down di laptop. Mbak Ifa
bersorak girang melihat aku berkemas dari meja kerjaku. “Bunda mau apa?” Aku
menjawab kalau aku mau memasak. “Yeeee, aku boleh bantuin potong-potong.” Aku
menjawab dengan anggukan. Tanpa diminta, mbak Ifa membantuku menyiapkan pisau,
telenan dan baskom yang biasa aku gunakan.
membantu bunda masak |
“Nanti dulu mbak, bunda lupa belum cuci piring nih. Bunda cuci piring sama masak nasi dulu ya. Mbak Ifa main masak-masakan dulu gih sama Affan” ujarku pada Ifa. Dapur kami memang sengaja disetting dekat dengan area bermain anak-anak, jadi saat aku memasak, anak-anak bisa menemaniku sambil bermain. Melihat Affan yang nemplok dan menggelendot erat di tubuhku sehingga membuatku kesusahan bergerak, mbak Ifa langsung tanggap menggendong Affan dan mengajaknya bermain. Aku pun bisa leluasa mencuci piring.
Setelah
piring selesai dicuci. Aku segera mengeluarkan peralatan tempur alias
bahan-bahan yang akan dimasak. Mbak Ifa dan Affan kompak mengerubungiku saat
melihat aku membuka kulkas. Mbak Ifa pun tahu apa yang bisa dia bantu. Ia
mengisi wadah kotak kecil dengan air dan bumbu rendaman tempe, lalu membantuku
memotong-motong tempe dan memasukkan ke air rendaman. Setelah tempe sudah
selesai direndam semua, mbak Ifa membantuku membuka kemasan sosis.
mencuci piring, fotonya diambil waktu mbak Ifa umur 3 tahunan, hehe |
Di tengah
proses memasak, mbak Ifa melihat tumpukan perkakas seperti pisau, telenan,
baskom dan cobek yang perlu dicuci. Dia pun berinisiatif untuk mencucinya. “Udah
bunda masak aja, aku yang cuci ini semua ya.” Aku mengiyakan idenya. Jadi tepat
setelah aku selesai memasak, semua perkakas itu pun sudah selesai dicuci mbak
Ifa. Tiba-tiba mbak Ifa membaui sesuatu, “bau apa ini, kok kaya jelly ya?” Dia
melirik ke arah aku meletakkan jelly. “Wah, bunda bikin jelly. Kenapa hari ini
jelly nya dibuat bun?” Aku pun menjawab, “soalnya mbak Ifa hari ini sudah
pintar berinisiatif membantu bunda, tanpa harus bunda suruh.” Dia pun tersenyum
lebar, “iya dong, kan anaknya bunda, udah jadi kakak pula.” Alhamdulillah.
Setelah semua
masakan matang, kami pun makan bersama. Senang melihat anak-anak menyantap
semua makanan sederhana yang aku buat. Selesai makan, anak-anak asyik bermain
kembali. Mbak Ifa mengambil buku dan menceritakannya ke Affan dengan gaya
bahasanya sendiri. Sudah semingguan ini, buku favorit mbak Ifa masih berkutat pada
Kota Kita. Tiap kali tiba di bagian gambar yang menceritakan kantor pos yang
nampak konyol, ia akan mengucapkan dialog yang telah dia hafal dengan intonasi sama
persis ketika ayah menceritakan isi bukunya. Lalu ia akan tertawa-tawa sendiri.
Sore itu ayah
pulang lebih awal dari biasanya dengan membawa 4 rak portable. Ya, rumah kami
perlu penataan ulang karena etalase yang biasa untuk menyimpan beberapa buku
koleksi Alhamdulillah dipinang oleh salah satu kawanku. Artinya kami butuh rak
untuk meletakkan koleksi bacaan kami.
Begitu ayah
pulang dan mbak Ifa tahu apa yang dibawanya, ia sangat excited dan nggak sabar
untuk segera merakitnya. Affan yang juga ingin tahu pun mengambil barang-barang
yang harus dirakit, mbak Ifa menegurnya berkali-kali. Rame sekali sore itu. Kami
sempat berhenti sesaat ketika azan magrib berkumandang, mbak Ifa dengan
semangat segera menuju musholla untuk sholat berjamaah. Selesai sholat, mbak
Ifa langsung cekatan kembali membantuku menyusun buku-buku di rak yang telah
berdiri dengan cantik.
kondisi ruang baca dulu |
Beberapa
koleksi yang sudah tidak pernah dibaca dan masih layak kondisinya, kami bawa ke
musholla agar bisa dibaca oleh anak-anak tetangga. Mbak Ifa dengan semangat
menemani ayah membawa satu rak portable dan beberapa buku ke musholla. Selesai
menyusun buku di musholla, ia melaporkan kegiatan itu padaku. Dia pun sudah
menyusun rencana ketika setiap berada di musholla, dia akan mengajak temannya
membaca setelah selesai sholat. Lanjutkan nak, tebarkan virus membaca ke
teman-temanmu ya.
Aku masih
berkutat dengan merakit rak-rak portable. Affan yang hari ini asyik bermain
dengan kakaknya seharian hingga biasanya tidur dua kali di siang hari, hanya
tidur sekali saja, sudah tertidur pulas di pelukan ayah sekitar jam setengah 8
malam. Mbak Ifa masih tetap on dan membantu bunda merakit rak yang tersisa. Sempat
mbak Ifa marah-marah dan hampir menangis karena gagal merakit. Ini tanda kalau
mbak Ifa sudah capek. Tapi ketika diminta beristirahat, mbak Ifa berujar kalau
dia belum ngantuk.
Setelah semua
buku mbak Ifa tertata rapi, mbak Ifa pun ijin untuk tidur. Ahaa, akhirnya
baterenya harus dicharge juga, hehe. “Bun, sebenarnya aku masih pengen bantu
bunda lo, tapi kok ngantuk ya.” Aku pun segera memintanya tidur, “kan mbak Ifa
sudah bantu banyak hari ini. Buku mbak Ifa juga sudah rapi, ini tinggal
buku-buku bunda kok. Sudah bobo sana, besok kan harus sekolah, jangan sampai
kesiangan lo.”
Mbak Ifa
masuk ke kamar meminta ayahnya menceritakan buku yang masih menjadi favoritnya
sambil berpesan, “bacanya pelan-pelan aja lo yah. Affan kan sudah bobok.” Nggak
lama kemudian, mbak Ifa langsung terlelap disusul suara dengkuran ayahnya.
Alhamdulillah sudah tidur semua tepat saat jam menunjukkan setengah 9 malam.
Begitulah kalau mbak Ifa nggak sekolah, dia kuat melek tanpa tidur siang sekali
pun. Kalau hari ini nggak membantu masak dan merakit rak buku, bisa jadi masih
melek hingga jam 10, hehe.
Hebat ya
anak-anak, selalu mencari kegiatan biar nggak bosan dan nggak pernah kenal
lelah. Beda ma orang dewasa yang dikit-dikit merasa bosan, tapi ogah cari
kegiatan alias males gerak. Hari ini aku belajar dari mbak Ifa tentang
menggunakan waktu sebaik mungkin dengan berkegiatan sepositif mungkin. Terima
kasih, mbak Ifa.
Wassalammualaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
NB: Maaf ya fotonya pakai koleksi lama yang disesuaikan dengan cerita, selain nggak sempat ambil gambar. HP sedang diservis, jadi semakin tidak memungkinkan mengabadikan momen-momen penting beberapa hari ini.
#harikeenam
#Tantangan10hari
#GameLevel4
#GayaBelajarAnak
#kuliahBunSayIIP
No comments for "Mbak Ifa yang Nggak Punya Lelah"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Jangan lupa tinggalkan komentar, tapi mohon tidak menyisipkan link hidup.
Salam Peradaban,
Bunda Marita