Pohon Cita-cita Perangkai Mimpi Pelatih Kesabaran



Assalammualaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Fun Holiday Project hari ke empat semakin seru. Kali ini kami mengeksekusi PR yang diberikan mbak Herna alias mbak Wawak selaku PJ Kreatifitas di Institut Ibu Profesional Semarang. Ini merupakan PR kedua dari PR mingguan yang diberikan oleh mbak Wawak. Temanya tentang mengajak anak-anak untuk membuat pohon cita-cita. Alhamdulillah mbak Ifa menyambut dengan antusias tantangan tersebut.

Kami menggunakan kardus bekas tempat mainan dokter-dokteran, kertas asturo warna-warni dan alat gambar. Aku membantu kak Ifa menggambar pohon di atas kardus, lalu kami mewarnai bersama-sama. Setelah itu aku membuat pola berbentuk apel di kertas asturo dan meminta mbak Ifa mengguntingnya sesuai pola. Apel-apel ini kemudian aku isi dengan cita-cita yang diimpikan oleh mbak Ifa. Tentu saja sebelumnya aku melakukan sedikit wawancara dulu kepadanya tentang apa cita-citanya, mengapa dia bercita-cita itu dan bagaimana caranya meraih cita-citanya. 

Setelah asyik ngobrol, akhirnya mbak Ifa memutuskan beberapa hal ini yang akan dituliskan di atas 'apel' dan digantungkan pada pohon cita-citanya. Menjadi Hafizah, masuk surga, guru, penulis buku, koki dan memiliki toko kue, dokter gigi dan pilot. Dari rangkaian cita-cita tersebut, dua cita-cita terakhir tak terduga dan baru dikemukakan akhir-akhir ini. Sebelumnya aku sudah sering mendengar lima cita-cita lainnya dan kami sudah sempat ngobrol tentang hal tersebut berkali-kali. 



Mendengar dia ingin menjadi dokter  gigi, aku sisipkan juga pesan tak tersirat untuk selalu rajin menggosok gigi. Kan nggak lucu kalau dokter giginya punya gigi yang nggak bagus, hehe. Sedangkan ketika mbak Ifa mengungkapkan keinginannya menjadi pilot, aku bertanya padanya "kenapa ingin jadi pilot, naik pesawat saja belum pernah?" Mbak Ifa bilang "ya, biar bisa naik pesawat terus, bun." Hehe.

Dari aktivitas sederhana aku merasa banyak manfaatnya baik untuk mbak Ifa dan aku sendiri. Untuk mbak Ifa tentu saja secara tidak langsung melejitkan kecerdasan intelektualnya dalam menyampaikan pendapat dan merangkai kalimat sehingga dipahami lawan bicara. Alhamdulillah sejauh ini mbak Ifa memang terlihat cerdas bahasa. Selain itu, di sini aku juga berusaha untuk melejitkan kecerdasan spiritual mbak Ifa, terutama ketika dia mengungkapkan ingin masuk surga dan menjadi hafizah. Aku menanyakan kepadanya bagaimana cara mbak Ifa mewujudkan cita-cita itu? "Harus rajin sholat, rajin ngaji, bantuin ayah bunda, sayang sama dik Affan, sayang sama teman." Alhamdulillah semoga fitrah kebaikan tersebut selalu tertanam dalam dirimu ya nak.



Selain kecerdasan intelektual dan spiritual, mbak Ifa juga semakin mengasah kecerdasan emosinya, terutama saat belajar mewarnai dan menggunting. Mbak Ifa masih sering nggak sabar saat diminta mewarnai dan menggunting. Saat membuat pohon cita-cita, dia belajar mengatasi ketidaksabarannya. Alhamdulillah meski belum sempurna, namun kali ini mbak Ifa mau menyelesaikan prosesnya.

Untukku sendiri, proses membuat pohon cita-cita ini membuatku sadar betapa seorang anak telah diinstali kebaikan-kebaikan di dalam dirinya. Aku yang sering masih kurang optimal untuk membangkitkan dan menjaga fitrah tersebut. PR besar untukku lebih giat memperbaiki diri agar semakin dimampukan menjadi ibu yang baik untuk anak-anakku. Saling mendoakan ya, teman.

Wassalammualaikum warohmatullahi wabarokatuh.


#tantangan_hari_keempat
#game_level_3
#kelasbunsayIIP3
#kita_bisa 
#melejitkankecerdasan
#bundasayang
#familyproject
Marita Ningtyas
Marita Ningtyas A wife, a mom of two, a blogger and writerpreneur, also a parenting enthusiast. Menulis bukan hanya passion, namun juga merupakan kebutuhan dan keinginan untuk berbagi manfaat. Tinggal di kota Lunpia, namun jarang-jarang makan Lunpia.

No comments for "Pohon Cita-cita Perangkai Mimpi Pelatih Kesabaran"