Family Project; A Treasure Hunt Game and Finding The Heaven
Assalammualaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
Menyelesaikan
tantangan 10 hari di game level 3 – nya Bunda Sayang semakin membuatku tersadar
bahwa jika ingin memiliki anak-anak yang cerdas, baik itu cerdas dalam sisi
intelektual, emosional dan spiritual, maka orangtua harus mau bekerja lebih
keras.
Bukan bekerja
lebih keras dalam menuntut dan mendikte anak sesuai kemauan dirinya, namun bekerja
lebih keras dalam berkolaborasi dan bersinergi untuk mengenal potensi anak-anak
serta membersamai mereka. Sayangnya sebagian besar orangtua zaman now banyak yang memilih ongkang-ongkang
kaki. Asal sudah merasa memilihkan sekolah terbaik, lalu terima beres, nggak
mau tahu pokoknya nanti hasilnya si anak sudah pintar secara akademik, sudah
kenal Allah dan bisa beribadah dengan baik serta sudah mampu menyelesaikan
masalah-masalahnya sendiri tanpa campur tangan orangtuanya. Enak banget ya?
Dan mirisnya
aku pernah menjadi orangtua semacam itu. Aku bersyukur Allah kemudian
mencemplungkan diriku berkenalan dengan berbagai komunitas parenting dan
membuat wawasanku terbuka. Mau punya anak sholih? Ya, jadi orangtua yang sholih dulu.
Mau fitrah-fitrah dalam diri anak terjaga? Ya, kenali fitrah-fitrah tersebut
lalu kembangkanlah. Mau mengenali anak dengan baik? Ya, banyak-banyaklah main,
ngobrol dan belajar bersama.
Family
Project sebenarnya bukanlah istilah baru buatku.
Namun sayangnya sebatas tahu, tanpa berhasil mengeksekusinya. Beberapa hari
sebelum memulai game level 3, qodarullah aku mendapat kesempatan untuk belajar
mengenai portofolio anak bersama Ustad Harry Santosa. Di situlah aku kemudian
tersadar betapa pentingnya menciptakan program belajar untuk anak, bukan
sekedar mencatat perkembangan anak yang terlihat spontan. Oleh karenanya ketika
mbak Ifa sedang liburan semester satu, aku mengajaknya untuk membuat Fun Holiday Project. Beberapa kegiatan sudah kami rencanakan, namun pada
akhirnya belum semua sempat kami kerjakan dan insya Allah masih berlanjut
hingga hari ini.
Manfaat Family Project buat Kami
Dalam review pertama
tantangan 10 hari yang disampaikan mbak fasil, aku menyadari bahwa ternyata
family project tidak sekedar bersenang-senang melakukan kegiatan bareng, namun
memiliki manfaat yang dahsyat jika dilakukan secara konsisten. Berikut ini
manfaat tersebut:
☘Family Project merupakan salah satu sarana pendidikan bagi
seluruh anggota keluarga.
Wah,
aku merasa disentil membaca kalimat ini. Ya, selama ini aku dan suami sih Alhamdulillah
sudah sering membersamai anak-anak, sayangnya kami lebih banyak meluangkan
waktu untuk sekedar ngobrol tanpa ada unsur pendidikannya. Kalau pun ada,
porsinya sangat sedikit sekali dan itu terkadang tidak disadari. Mengetahui hal
ini, aku semangat nih mengajak suami untuk lebih banyak melakukan proyek-proyek
bersama. Tidak sekedar mencari kesenangan, namun juga untuk melakukan
dialog-dialog keimanan, mengenal potensi anak dan diri kami sendiri, serta
menumbuhkembangkan fitrah-fitrah kami. Ya, ternyata family project itu bermanfaat banget tidak hanya buat anaknya, tapi
juga buat orangtuanya. Seperti yang sering kita dengar; raise your kids, raise yourself. Secara tidak langsung ketika
berusaha melejitkan kecerdasan anak-anak, kecerdasan kita sebagai orangtua pun
ikut meningkat.
☘Family Project juga menjadi salah satu sarana untuk membangun “bounding” di dalam keluarga.
Aku
sepakat sekali mengenai hal ini. Semakin sering kami melakukan family project bersama-sama, semakin
kuat pula jalinan dan ikatan antar anggota keluarga. Baik itu antara ibu dan
anak, ayah dan anak, ibu dan ayah, kakak dan adik. Dengan family project, kami menjadi semakin mengenal karakter
masing-masing dan bagaimana berkomunikasi dengan karakter A, karakter B,
karakter C. Kami juga diajak untuk mengenali bahasa cinta dan gaya belajar tiap
anggota keluarga. Oh, ternyata mbak Ifa suka dipuji dan dimotivasi setiap kali
melakukan tantangan. Oh, kalau ayah ternyata bahasa cintanya pelukan. Oh,
ternyata gaya belajar mbak Ifa itu gabungan antara vision dan kinestetik, dia
nggak betah kalau cuma sekedar mendengarkan sesuatu.
☘Family Project bisa juga digunakan sebagai sarana “Check Temperature" keluarga kita.
Pernah
suatu kali di salah satu tantangan dalam family
project, mbak Ifa sudah nggak sabar untuk segera melakukan kegiatan yang
direncanakan. Sedangkan saat itu aku baru saja selesai melakukan pekerjaan domestik
dan menyarankan agar kegiatan itu dilaksanakan setelah ayahnya pulang, kami
istirahat dulu saja. Eh, mbak Ifa nggak mau tahu dan terus memaksaku untuk
segera mengeksekusinya. Saat itu aku berpikir, “ya udahlah, daripada mbak Ifa
terus ribut, kerjakan saja lah.”
Ternyata
kegiatan itu pun berjalan dengan tidak menyenangkan. Memang ya, kalau awalnya
sudah nggak enak duluan, pasti di tengah jalan pun ada saja masalahnya. Ketika
mbak Ifa merasa kesulitan melakukan pekerjaannya karena diganggu Affan, aku
berulangkali mengeluh “mbak Ifa sih, kan bunda sudah bilang bikinnya ini nanti
saja, tunggu ayah pulang. Ribet kan kalau begini?” Pokoknya suasananya saat itu
jadi tidak menyenangkan lah. Dari situ kemudian aku sadar, kalau aku sudah tahu
bahwa aku atau anggota keluarga lain sedang dalam suasana hati yang buruk,
lebih baik kegiatannya ditunda dulu dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang
ringan sampai suasana hati kami menyatu dan adem. Atau ambil jeda sebentar
sebelum memulai kegiatan bersama. Aku juga perlu mengajarkan ke anak-anak bahwa
ada kalanya ayah bundanya perlu waktu untuk beristirahat sebentar sebelum bermain
bersama mereka.
☘Family Project sarana menguatkan core values keluarga.
Menuliskan
core values sih mudah-mudah saja ya,
namun mempraktekkannya dalam kehidupan nyata yang tidak semudah membalikkan
telapak tangan. Selama ini aku berusaha untuk menjadi ibu yang bisa selalu
membersamai anak, mau belajar dan pantang menyerah. Namun ketika bertemu dengan
family project, nilai-nilai tersebut
mulai aku pertanyakan sendiri. Lah, katanya mau membersamai anak, tapi kok
mangkir terus dari kegiatan yang sudah direncanakan, bahkan sampai si anak
protes “iih, bunda nih katanya kita mau bikin ini, kok pegang hp terus sih? Kapan
dong bikinnya?” Jleb.
Katanya
mau selalu membuka wawasan, tapi begitu si anak mengajak bikin proyek science, aku keder duluan karena merasa
nggak menguasai bahan. Dan akhirnya, hasilnya pun tidak memuaskan. Padahal
kalau mau meluangkan waktu untuk membaca dan memahami dulu materinya, insya Allah
bisa kan? Ya, meskipun ada positifnya sih, mengajarkan anak bahwa tidak semua
apa yang kita rencanakan sesuai dengan kenyataan.
Katanya
mau jadi ibu yang pantang menyerah, eh begitu mbak Ifa ngambek di tengah-tengah
sebuah kegiatan, aku malah ikutan ngambek, hehe. Ya, family project memang menguji
ketangguhan kami. Seberapa kuat kami sebagai keluarga mau belajar bareng, mau
ngobrol bareng, mau main bareng.
☘Family Project
apabila dijalankan dengan sungguh-sungguh maka akan menjadi pijakan kita dan
keluarga ke surga.
Suka
banget nih di bagian “apabila keluarga kita memang sedang berjalan menuju surga, maka
tidak perlu menunggu sampai di akherat untuk merasakannya, kita bisa
merasakannya sekarang saat di dunia bersama keluarga kita.” Jadi ingat sebuah ungkapan, “rumahku,
surgaku”. Bener banget ternyata ya. Semakin sering ngobrol, belajar, dan bermain
bareng, suasana rumah jadi semakin nyaman dan menyenangkan. Semakin sebuah
rumah nyaman dan menyenangkan untuk tiap anggota keluarganya, maka saat itulah
rumah menjadi surga. Semoga rumah kita menjadi surga dunia buat kita ya, jadi
anak-anak kita, suami kita, diri kita nggak perlu jauh-jauh mencari kesenangan
yang lain, karena di rumah kesenangan-kesenangan tersebut telah kita dapatkan.
Aamiin.
Konsistensi dan Komunikasi dalam Family Project
Setelah
melaksanakan family project yang
pertama, aku menjadi sadar bahwa konsistensi dan komunikasi adalah dua hal
paling penting dan mendasar agar family
project berjalan sesuai rencana dan bahkan berkembang semakin baik lagi.
Konsistensi
Dalam
kaitannya dengan konsistensi, di review game level 3 yang disampaikan oleh mbak
fasil, ada beberapa hal yang harus dipertanyakan, sebagai berikut;
a. Fun
Apakah
family project ini membahagiakan
seluruh anggota keluarga? – Sejauh ini aku melihat mbak Ifa sangat senang
ketika bundanya melakukan proyek bersamanya. Dia merasa lebih diperhatikan dan
dilibatkan dalam setiap kegiatan. Yang menjadi tantangan justru diriku sendiri
yang kadang angot-angotan membersamainya. Ya, tadi mindset orangtua
ongkang-ongkang kaki masih belum sepenuhnya sirna, mindsetku harus diinstal
ulang beneran nih. Selain itu ayah belum berpartisipasi dalam proyek-proyek
keluarga, ke depannya semoga ayah bisa terlibat.
b. Values
Apakah
family project sejalan dengan values
yang sedang diperjuangkan di dalam keluarga kita? – Ini menjadi PR untukku dan
suami untuk kembali menyusun misi keluarga dan nilai-nilai apa yang akan kami
perjuangkan. Namun insya Allah beberapa proyek yang aku dan mbak Ifa lakukan
sudah mencakup beberapa hal yang ingin aku capai, seperti soal aqidah yang semakin
baik, kemandirian, mengelola emosi dengan baik dan membekalinya dengan life
skill yang berguna untuk kehidupan mbak Ifa di masa depan.
c. Uniqueness
Seberapa
unik family project anda dibandingkan
family project yang lain? – Nah, kalau soal unik ini sepertinya masih menjadi
PR. Karena beberapa kegiatan yang kami lakukan kemarin masih mengadaptasi dari
berbagai macam buku. Semoga ke depannya, kami bisa menemukan family project
yang unik dan memiliki ciri khas sesuai karakter keluarga kami.
d. Reason
Apa
alasan kuat dari salah satu, sebagian atau seluruh anggota keluarga untuk
menjalankan family project ini? – Lagi-lagi dapat tantangan nih. Awalnya sih
membuat family project yang pertama
dalam rangka membuat kegiatan biar si mbak nggak bosan di rumah saat liburan
sekolah. Tentunya alasan tersebut sangat dangkal ya? Ke depannya semoga kami
bisa melakukan family project dengan
tujuan agar kebersamaan keluarga semakin bermakna dan proses untuk mengenal kekuatan
kami sebagai keluarga.
Komunikasi
Selain
konsistensi, komunikasi adalah hal penting lainnya. Usai melaksanakan family project pertama, aku sadar bahwa
bentuk komunikasi keluarga kami masih banyak yang harus diperbaiki. Alhamdulillah,
komunikasi di keluarga sudah cukup intens, namun secara kualitas konten
komunikasi sepertinya masih jadi PR.
Sebenarnya
kami sudah mengagendakan adanya family
forum setiap 1821. Namun sayangnya lebih banyak bolongnya. Padahal kalau
gerakan 1821 ini dilakukan dengan konsisten, insya Allah hasilnya akan lebih optimal.
Sejauh ini sih meskipun 1821 masih bolong-bolong, namun obrolan ringan semacam
menanyakan aktivitas harian anak, update berita atau informasi terbaru masih
kami lakukan. Hanya saja ke depannya semoga bisa lebih berkualitas.
Nah,
masalah kualitas ini berkaitan dengan konten komunikasi. Ada tiga hal yang aku garis bawahi setelah
membaca ulasan tantangan game level 3 yang lalu;
Lakukan Apresiasi, Bukan Evaluasi
Kemarin
di salah satu postingan tantangan 10 hari aku menyebutkan adanya evaluasi fun holiday project, aku jadi sedikit
tersentil nih dengan kalimat ini. Namun setelah membaca dengan tuntas maksud
dari kalimat ini, aku setuju.
“Anak-anak belum memerlukan evaluasi, yang kita lakukan hanya
memberikan apresiasi saja, karena hal ini penting untuk menjaga suasana selalu
menyenangkan dan membuat anak senantiasa bersemangat dalam mengerjakan
projek selanjutnya.”
Saat
mengevaluasi family project yang
pertama, aku memang tidak menyampaikan ke mbak Ifa. Cukup sebagai catatan buat
diriku sendiri apa saja kekuranganku selama membersamai mbak Ifa dan bagaimana
agar proyek berikutnya bisa lebih baik dan maksimal. Sedangkan untuk mbak Ifa,
aku lebih fokus pada kebaikan-kebaikan yang dia lakukan dan menyemangatinya agar
lebih senang dan nyaman beraktivitas bersama orangtuanya.
Master Mind
Lewat
review game level 3, aku juga jadi mengenal yang namanya “Master Mind”. Aktivitas
ini diselipkan di antara family forum.
Bagaimana cara menjalankan master mind?
Ciptakan suasana yang santai di rumah, kemudian tanyakan tiga hal berikut ini;
a. Ada yang punya pengalaman menarik selama menjalankan projek ini?
a. Ada yang punya pengalaman menarik selama menjalankan projek ini?
b.
Apa yang sudah baik?
c.
Minggu depan hal baik apa yang akan kita lakukan?
Alhamdulillah,
tanpa aku sadari tiga hal ini sudah aku lakukan saat mengapresiasi family project pertamaku bersama mbak
Ifa. Ke depannya semoga akan semakin banyak inovasi-inovasi kecil yang
dilakukan secara istiqomah di setiap kesempatan. Tentu saja PR nya adalah
melibatkan ayah lebih banyak di setiap family
project.
Amati, Terlibat, Tulis
Saat
belum masuk ke game level 3 dan mengikuti workshop portofolio bersama ustad
Harry Santosa, aku disadarkan pentingnya mencatat perkembangan anak karena
nantinya akan bermanfaat dalam menemukan bakat dan menumbuhkembangkan potensi
anak. Ternyata setelah menjalankan game level 3 Bunda Sayang ini proses pembuatan portofolio anak yang di sini disebut
sebagai proses “Amati, Terlibat, Tulis”, aku menjadi sadar bahwa ada tujuan
yang lebih besar.
Awalnya
aku ragu ketika membuat blog tersendiri khusus untuk mencatat portofolio anak,
takut dikira riya atau pamer. Ternyata ada term
khusus biar anggapan riya dan pamer ini tidak muncul, yaitu sebaiknya Family Project yang kita lakukan di
dalam keluarga dibagikan ke dunia luar hanya ke komunitas-komunitas tertentu,
tentu saja pada komunitas-komunitas keluarga yang selalu peduli terhadap
perkembangan anak.
Jika
mental sudah siap dinyinyiri orang, share
di media sosial pun tak masalah. Asal tetap niatkan untuk berbagi mimpi, bukan
sekedar show off ‘ni lo, keluarga gue
keren.’ Tetep ya bo ada saja yang bakal nyinyir, hehe. Biarkan saja yang
nyinyir melipir, mari kita tetap berbagi inspirasi.
Selain
share di berbagai komunitas dan media
sosial, akan lebih asoy lagi kalau family
project bisa dipresentasikan di depan para ahli yang memang kompeten di
bidangnya. Kece nih, semoga ke depannya bisa mencapai level ini ah.
Nah,
salah satu agenda besar dalam membuat portofolio anak ini selain bermanfaat untuk
membesarkan family project, ternyata
merupakan sebuah proses bertemunya anak-anak dengan para sang maestro di
bidangnya. Jadi ingat ungkapan “guru
datang, saat murid siap.” Jadi lewat family
project kita menyiapkan anak-anak untuk menjadi muridnya para maestro di
bidangnya masing-masing.
Kejutan Spesial Family Project
Family project pertama yang
aku jalankan bersama mbak Ifa sangat spesial. Tidak hanya aku semakin paham
dengan karakternya, namun juga aku disuguhi beberapa kejutan darinya, antara
lain;
Mbak Ifa ternyata jauh lebih sabar menghadapi bundanya dibanding
bundanya menghadapi mbak Ifa.
#jleb. Saat aku mengulur-ulur waktu melakukan kegiatan yang sudah direncanakan,
mbak Ifa dengan sabar mengajak aku segera beraktivitas bersamanya. Istiqomah
banget lah pokoknya dia agar kegiatannya sesuai rencana.
Mbak Ifa jauh lebih konsisten dibanding bundanya. Sekali lagi jleb. Sekali aku tetapkan rule dalam family project
pertama, saat itu juga mbak Ifa merekamnya dengan kuat. Seperti saat beberapa
waktu lalu, kami mulai memberlakukan no
gadget at all untuknya, mbak Ifa tidak merengek sama sekali meminta gadget,
bahkan saat dia merasa bosan sekalipun. Sedangkan aku yang berjanji untuk tidak
pegang gadget di luar gadget hour,
ternyata sering banget nggak konsisten, masih curi-curi pegang gadget dan
kemudian disentil mbak Ifa, “ah, bunda pegang hp terus, bosen ah.”
Mbak Ifa mengalami banyak peningkatan. Ya, ternyata kalau aku fokus membersamainya, aku bisa menemukan
fitrah-fitrah dalam dirinya. Ketika aku rutin melakukan stimulasi dan menceburkan
diri bersamanya, fitrah-fitrah tersebut secara signifikan meningkat.
Kemandirian, keingintahuan, kesabaran maupun sisi religiutasnya meningkat
dengan baik, dengan catatan sebagai fasilitatornya aku harus konsisten. Kudu
digarisbawahi nih!
Maka
bisa aku simpulkan bahwa melalui family project ini, kami sebagai orangtua
diajak untuk fokus dalam membersamai anak. Tidak asal berkegiatan bersama,
namun benar-benar menceburkan diri, dan having
fun. Dari suasana nyaman dan penuh makna yang kemudian muncul, kami bisa
menemukan bahwa keluarga memang harta
karun yang harus benar-benar dijaga. Bahwa ada surga yang indah di dunia
bernama keluarga. Jadi, sudah siap
menciptakan surga di rumah kita, parents?
Wassalammualaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
Referensi:
Materi
dan Review Game Level 3 Bunda Sayang Ibu Profesional
No comments for "Family Project; A Treasure Hunt Game and Finding The Heaven"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Jangan lupa tinggalkan komentar, tapi mohon tidak menyisipkan link hidup.
Salam Peradaban,
Bunda Marita